Tahap Kemampuan Kognitif pada Anak & Cara Meningkatkannya
Yuk, kenali 4 tahapan kemampuan kognitif pada anak, faktor yang mempengaruhi, serta contoh kegiatan yang bisa menstimulasi perkembangan otaknya.
—
Ayah dan Bunda, tahukah Anda bahwa perkembangan si kecil tak hanya ditandai oleh perubahan fisik? Si kecil juga mengalami perkembangan kemampuan kognitif yang meliputi proses mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Hal ini juga berhubungan dengan emosional dan mental anak, lho.
Psikolog asal Swiss, Jean Piaget, menunjukkan bahwa kecerdasan anak akan berubah seiring dengan pertumbuhan mereka. Teori ini dikenal sebagai 4 Tahapan Kemampuan Kognitif. Perkembangan kognitif merupakan fase yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Lalu, apa yang dimaksud dengan kemampuan kognitif? Kita bahas di artikel ini, ya, Ayah Bunda!
Pengertian Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat memahami suatu hal. Perkembangan kognitif adalah proses kemajuan secara bertahap yang membantu seseorang dalam memahami lingkungan sekitar dan mengidentifikasi hal-hal baru. Perkembangan kognitif pada anak dimulai sejak bayi sampai menginjak remaja dalam kurun waktu tertentu.
Mengapa Kemampuan Kognitif Penting?
Seiring bertambahnya usia, anak akan mengenal dunia dan menimba ilmu. Kemampuan kognitif yang mereka miliki berguna untuk melatih daya fokus, mengolah dan mengingat informasi, serta berpikir kritis. Kemampuan ini juga membantu anak agar memahami hubungan sebab akibat, berpikir analitis, serta mengambil keputusan di masa depan.
Baca juga: Mengenal Metode Montessori, Cara Belajar dengan Memberi Kebebasan pada Anak
Teori 4 Tahap Perkembangan Kemampuan Kognitif
Jean Piaget membagi urutan kemampuan kognitif anak menjadi 4 fase, yaitu Sensorimotor, Pra Operasional, Operasional Konkret, dan Operasional Formal. Menurut Piaget, kecerdasan seseorang serta perubahan umur sangat mempengaruhi anak dalam memperoleh pengetahuan.
1. Tahap Sensorimotor (0 – 24 bulan)
Sejak lahir sampai berusia 2 tahun, anak akan menggunakan indera dan gerakan tubuh untuk memahami hal-hal di sekitarnya. Itulah sebabnya fase ini dikenal sebagai tahapan sensorimotor, yang terdiri dari sensorik (melihat dan mendengar), serta motorik (menggapai dan menyentuh).
Perkembangan kognitif si kecil dimulai dengan adanya refleks bawaan sebagai respon terhadap suatu hal. Contoh: ketika ibu mengangkat tubuh bayi ke dalam pelukan, maka bayi akan memeluk ibu dengan kedua tangan dan membungkukkan badannya.
Pada tahap sensorimotor, kemampuan kognitif anak masih tergolong sederhana. Mereka juga mengalami fase egosentris, yaitu merasa segala sesuatu berpusat pada dirinya dan mengabaikan perspektif orang lain.
2. Tahap Pra Operasional (2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan respons yang dimilikinya meskipun masih sangat sederhana. Kemampuan mental dan emosional mereka juga berkembang. Namun, pemikiran anak didasarkan pada intuisi dan belum sepenuhnya logis.
Mereka belum bisa memahami konsep yang lebih kompleks seperti misalnya konsep waktu, sebab dan akibat, serta perbandingan. Melansir dari Medical News Today, ada 5 perilaku utama yang ditunjukkan oleh anak-anak selama tahap Pra Operasional, antara lain:
a. Imitasi
Perilaku imitasi ditandai dengan meniru tindakan orang lain, seperti orang tua, kakak, guru, bahkan tokoh di film kartun favoritnya.
b. Permainan Simbolik
Anak-anak mulai memberikan karakteristik ataupun simbol pada objek tertentu. Mereka bisa memproyeksikan properti dari satu objek ke objek yang lainnya. Contoh: Mereka berpura-pura dan menganggap tongkat adalah sebuah pedang.
c. Menggambar
Imitasi dan permainan simbolik adalah sebuah elemen penting dari menggambar. Kedua hal tadi kemudian diwujudkan dalam coretan dan berkembang menjadi representasi objek atau orang yang lebih akurat.
d. Pencitraan Mental
Anak-anak mampu memvisualisasikan berbagai hal dalam pikiran mereka. Tak heran, mereka sering bertanya mengenai nama-nama objek yang ditemui. Hal ini bagus untuk menambah kosakata berbahasa pada anak, lho.
e. Menjelaskan Peristiwa
Daya ingat anak yang semakin tajam membuat mereka bisa menjelaskan kejadian di masa lalu. Contoh: “Kemarin aku diajak Nenek pergi ke pasar, beli kue warna warni. Pasarnya ramai dan becek, aku hampir terjatuh,” Terlihat bahwa mereka tak sekedar menerima informasi, tetapi memprosesnya menjadi ingatan.
3. Tahap Operasional Konkret (7 – 11 tahun)
Tahap Operasional Konkret ditandai dengan adanya kesadaran untuk memahami perasaan orang lain. Emosional anak mulai berkembang sehingga ia mampu mengerti peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pemikiran logis dan analitis juga sedang dibangun di tahap ini.
Jika pada tahap pra operasional anak mampu memvisualisasikan objek. Maka, kemampuan kognitif mereka di tahap operasional konkret semakin meningkat. Mereka sudah bisa melakukan pengurutan angka, klasifikasi objek, serta mengerjakan soal matematika dasar.
Ayah dan Bunda juga melihat bahwa sifat egosentris anak mulai berkurang. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh pola asuh dan kondisi mental masing-masing. Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda bisa mendidik mereka untuk lebih mandiri.
4. Tahap Operasional Formal (mulai 11 tahun)
Tahapan terakhir dari perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah Operasional Formal. Dimulai sejak usia 11 tahun, anak mampu memaknai suatu hal dan menarik kesimpulan. Anak juga memahami sebab akibat dari perilaku tertentu. Ia mulai berpikir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Contoh: Ketika menonton film tentang kisah hidup seorang penyanyi, anak bisa saja bercita-cita menjadi penyanyi. Ia menganggap penyanyi merupakan pekerjaan yang menyenangkan, menghasilkan banyak uang, bertemu berbagai macam orang, dan bisa berkeliling dunia.
Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kognitif Anak
Nah, setelah mengetahui tahapan-tahapan perkembangan kognitif, Ayah Bunda juga perlu mengetahui apa saja faktor pendorong perkembangan kognitif anak usia dini.
1. Faktor Internal: Hereditas/Keturunan
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, kecerdasan anak juga dipengaruhi oleh tingkat intelektualitas orang tua. Faktor keturunan sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif si kecil. Jadi, jangan heran jika anak memiliki intelektual yang hampir mirip dengan kedua orang tuanya.
2. Faktor Eksternal
Di samping faktor internal, terdapat faktor eksternal yang ibu dapat perhatikan, seperti hubungan harmonis di keluarga, pemilihan sekolah, tempat tinggal, pemberian asupan gizi yang seimbang.
Baca juga: Cara Meningkatkan IQ Anak, Ayah Bunda Sudah Tahu?
Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak?
Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda bisa memberi stimulasi agar anak tumbuh dengan optimal. Berikut beberapa contoh kegiatan di rumah untuk membantu perkembangan kognitif anak.
1. Mengenal Lingkungan Sekitar
Lingkungan yang dimaksud bisa berupa lingkungan tempat tinggal atau berlibur ke objek wisata. Biarkan anak untuk mengeksplor hal-hal baru dan mengidentifikasi objek di sekelilingnya. Hal ini akan memicu pertanyaan-pertanyaan kritis dari anak. Mereka juga bisa mengenal bermacam-macam warna, bentuk, dan tekstur.
2. Membaca Buku
Membaca buku mempunyai banyak manfaat. Selain menambah kosakata, buku juga menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi anak. Dengan membaca buku, anak bisa mengenal konsep sebab akibat dari sebuah cerita. Pilihlah buku yang memiliki tema dan visual menarik agar anak betah berlama-lama.
3. Berhitung Sederhana
Tak harus mengacu pada soal Matematika, Ayah dan Bunda bisa mendorong kemampuan kognitif anak melalui permainan berhitung sederhana. Misalnya, saat menaiki tangga, ajak anak untuk menghitung tangga yang sudah ia lalui. Permainan berhitung sederhana juga bisa dilakukan di luar rumah, seperti menghitung jumlah kendaraan yang lewat di jalan raya.
4. Belajar Memilih
Kemampuan kognitif bukan perkara membaca dan berhitung, tetapi bagaimana anak dapat mengolah informasi menjadi sebuah keputusan. Ajarkan anak untuk memilih agar ia tumbuh menjadi individu yang mandiri. Ayah Bunda bisa memulainya dari hal sederhana, seperti memilih menu makanan untuk bekal atau memilih mainan yang ingin dibeli.
5. Membantu Orang Lain
Pada kegiatan ini, orang tua bisa mengajak anak untuk bertanggung jawab. Cobalah meminta bantuan kepada anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti membereskan mainan dan menyapu. Hal ini melatih kemampuannya dalam berempati dan memberi perhatian terhadap sekelilingnya. Jangan lupa, ajarkan mereka kata “tolong,” “maaf,” dan “terima kasih“, ya.
—
Selain di rumah, Ayah Bunda juga bisa mendaftarkan si kecil ke Altaschool. Homeschooling ini diperuntukkan untuk siswa di jenjang PAUD hingga kelas 4 SD. Didukung oleh tenaga pengajar profesional, live teaching interaktif, homebased project, dan aktivitas lain yang mendukung anak untuk menggali minat, bakat, serta kemampuan kognitif mereka. Yuk, coba!
Referensi:
Teori 4 Tahap Kemampuan Kognitif [Daring]. Tautan:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/325030#formal-operational
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/intel/article/view/197/178
https://media.neliti.com/media/publications/340203-teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-00d2756c.pdf
(Diakses 20 – 26 Januari 2023)