Pentingnya Mengajarkan Otoritas Tubuh pada Anak, Ortu Wajib Tahu!
Ada empat tahapan dalam memberikan edukasi seksual pada anak lewat otoritas tubuh. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual.
—
Ayah dan Bunda, sudah sepatutnya kita menyadari bahwa anak usia dini juga bisa menjadi korban kekerasan seksual. Pada usia tersebut, anak belum memiliki pengetahuan tentang bahaya dan cara melindungi diri, sehingga tidak berdaya untuk melawan.
Di artikel ini, kita akan belajar bagaimana cara mengenalkan pendidikan seksual pada anak, salah satunya dengan otoritas atau kekuasaan mereka terhadap tubuhnya sendiri. Dengan mengenal nama dan fungsi tubuhnya, anak bisa melindungi dari kekerasan seksual yang marak terjadi.
Pengertian Kekerasan Seksual
Menurut Kemendikbud, kekerasan seksual adalah perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender.
Kekerasan seksual mengakibatkan penderitaan psikis dan/atau fisik, termasuk gangguan kesehatan reproduksi dan kehilangan kesempatan dalam melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal.
Ilustrasi korban kekerasan seksual (Sumber: Liputan6.com)
Jenis Kekerasan Seksual
Berdasarkan perilakunya, kekerasan atau pelecehan seksual dibagi menjadi 10 jenis, yaitu:
-
Sentuhan seksual
-
Ajakan seksual
-
Lelucon kotor seksual
-
Grafiti seksual
-
Menampilkan gambar, cerita atau benda seksual
-
Komentar seksual tentang tubuh seseorang
-
Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lain
-
Menyebar rumor tentang aktivitas seksual orang lain
-
Berbicara tentang kegiatan seksual sendiri di depan orang lain
-
Isyarat seksual
Perilaku di atas dapat dilakukan secara verbal, fisik, non fisik, dan daring atau melalui internet. Semua kegiatan seksual yang dilakukan dengan paksaan atau tanpa adanya persetujuan dapat disebut sebagai kekerasan seksual.
Baca juga: Anak Suka Tantrum? Jangan Panik, Ini 6 Tips Menghadapinya
Cara Memberikan Pendidikan Seksual pada Anak
Ada 4 tips penting dalam memberikan edukasi agar anak terhindar dari pelecehan dan kekerasan seksual. Hal ini dapat dimulai sejak usia 3 atau 4 tahun, saat mereka mulai mengenal lingkungan sekitar.
Pada masa tersebut, anak sudah bisa memahami bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengajarkannya cara melindungi diri dari pelecehan seksual.
1. Mengenalkan Otoritas Tubuh
Otoritas tubuh adalah kuasa atas tubuh sendiri. Ayah dan Bunda bisa mengajarkan tentang area tubuh anak yang tidak boleh disentuh sama sekali oleh orang lain, kecuali ketika berada dalam penanganan medis.
Ajarkan pada anak bahwa siapapun, termasuk orang tua, tidak boleh menyentuh bagian-bagian tertentu pada tubuh mereka tanpa adanya izin. Seperti area dada, bokong, alat kelamin, dan bibir.
Dengan menjelaskan otoritas tubuh, anak bisa melindungi dirinya dari risiko pelecehan dan kekerasan seksual. Anak juga memahami bahwa mereka berhak menolak hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman.
2. Mengajarkan Tentang Anatomi Tubuh
Banyak orang tua yang menggunakan istilah lain untuk menyebut anggota tubuh yang dianggap tabu. Seperti “burung” untuk alat kelamin laki-laki, atau “gunung” untuk payudara. Padahal, sebenarnya cara tersebut tidaklah baik.
Orang tua hendaknya mengajarkan anak untuk menyebut area sensitif mereka sesuai dengan nama yang sebenarnya. Mengubah penyebutan atau memperhalusnya, bisa menyebabkan salah tafsir. Bisa saja, anak menjadi korban pelecehan seksual secara verbal.
3. Ajarkan Anak untuk Berkata Tidak
Masih berhubungan dengan otoritas tubuh, ajarkan anak untuk berani menolak pada setiap ajakan yang membuatnya tidak nyaman. Misalnya, permintaan untuk menyentuh bagian tubuhnya. Baik dari keluarga, teman, guru, atau orang asing yang ia temui.
Jika ada yang memaksa atau sudah menyentuh area tubuh, jelaskan pada anak bahwa mereka bisa melaporkan hal tersebut ke orang tua atau siapapun yang mereka percayai.
Bangun rasa percaya diri dan keberanian pada anak agar mereka mampu melindungi dirinya sendiri saat tidak sedang bersama orang tua.
4. Jaga Komunikasi dengan Anak
Komunikasi adalah hal yang sangat penting agar anak terbiasa menceritakan segala hal yang terjadi kepada orang tua. Dengan komunikasi yang baik, anak-anak tidak ragu untuk berterus terang kepada orang tua tentang apa yang telah mereka alami.
Jika anak Anda adalah tipe yang tertutup, Ayah Bunda bisa bertanya terlebih dahulu tentang aktivitas yang ia lakukan sepanjang hari, seperti “Bagaimana sekolah kamu hari ini?” atau “Apakah ada hal yang perlu ibu ketahui tentang hari ini?”
Baca juga: 7 Cara Terbaik Mendidik Anak di Era Digital, Orang Tua Harus Jadi Panutan!
Tahapan Pendidikan Seksual pada Anak Sesuai Usia
Pendidikan seksual sejak dini dapat diberikan sesuai tahap perkembangan anak. Hal tadi bisa membantu mereka untuk mengenal fungsi dan kondisi tubuh sejak dini. Berikut penjelasan edukasi seks pada anak berdasarkan usia:
1. Mengenalkan Nama Anggota Tubuh (0-24 bulan)
Saat anak berusia 0-24 bulan, Ayah dan Bunda bisa menjelaskan nama-nama bagian tubuh mereka, termasuk penis dan vagina. Biarkan anak menyentuh seluruh bagian tubuh mereka saat mandi atau mengganti popok.
Tunjukkan pula perbedaan organ yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Lalu, jelaskan fungsi dari organ tubuh yang dimaksud. Misalnya, urin keluar dari vagina atau kotoran keluar melalui anus.
Ayah dan Bunda juga harus memberi penjelasan kapan dan di mana anak boleh melepas pakaiannya. Contoh, ketika mandi atau berada di ruang tertutup untuk berganti baju.
2. Mengenalkan Fungsi Organ Reproduksi dan Privasi (2 – 5 tahun)
Ketika anak berusia 2 hingga 5 tahun, biasanya Ia sudah mulai memperhatikan dunia disekitarnya, dan Ia mulai bisa belajar untuk mengenali tubuhnya sendiri, serta membandingkannya dengan orang lain atau teman-teman di sekitarnya.
Kenalkan nama-nama bagian tubuh yang benar dan fungsinya. Ajarkan anak bahwa terdapat bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan ke orang lain. Ajarkan juga tentang cara berpakaian di rumah atau di luar rumah. Hormati privasi orang lain seperti mengetuk pintu terlebih dahulu ketika hendak masuk kamar mandi yang ditutup, dan lain sebagainya.
3. Mengenalkan Masa Pubertas (5 – 8 tahun)
Pendidikan seksual yang diberikan pada anak ketika menginjak usia 5-8 tahun sebaiknya mulai dikenalkan dengan masa pubertas. Beri anak pengetahuan tentang organ reproduksi internal seperti ovarium, uterus, uretra, saluran tuba, hingga kandung kemih.
Ajarkan juga bahwa tubuh memiliki beragam bentuk, ukuran, dan warna. Kita sebagai manusia, harus saling menghargai perbedaan tersebut. Selain itu, perkenalkan pada anak baik laki-laki dan perempuan memiliki bagian tubuh yang nyaman saat disentuh. Tapi, bagian-bagian tersebut tidak boleh disentuh oleh sembarang orang. Ajarkan anak untuk menolak saat mereka merasa ada perlakuan tidak nyaman. Seiring bertambahnya usia, beritahu pada anak bahwa tubuh mereka akan mengalami perubahan fisik maupun emosional.
4. Mengenalkan Perilaku Seksual dan Proses Reproduksi (9 – 12 tahun)
Saat anak berusia 9-12 tahun, berikan edukasi tentang perilaku seksual dan proses reproduksi. Pada usia ini, anak sudah mendekati masa pubertas. Mereka harus diberikan bekal pengetahuan agar siap menghadapi perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Seperti terjadi menstruasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki.
Pada tahapan ini, edukasi seksual mungkin akan sedikit lebih rumit. Anda juga perlu mulai mengajarkan anak tentang hubungan seksual di mana bayi terbentuk saat sperma bertemu sel telur melalui proses pembuahan.
Ajarkan bahwa berhubungan seksual merupakan aktivitas yang boleh dilakukan oleh orang dewasa, bukan untuk remaja. Jelaskan juga tentang perubahan sosial yang mungkin akan dialami anak saat memasuki masa pubertas.
—
Disamping mengajarkan tentang otoritas tubuh, jangan lupa kembangkan juga kemampuan anak dalam berpikir dan memahami pelajaran lainnya, agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang cerdas. Nah, Altaschool adalah salah satu media yang dapat Anda gunakan untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak.
Sebagai sekolah online terbaik, Alta School hadir untuk pelajar di tingkat PAUD hingga kelas 3 SD. Sekolah yang menggunakan kurikulum K-13 ini mempunyai berbagai fasilitas belajar yang adaptif, seperti Pendidikan Karakter, Home-Based Project, Live Teaching, Learning Kit, dan lain sebagainya.
Sumber:
Wisnubrata. (2018), ‘Ada Banyak Jenis Pelecehan Seksual, Apa Sajakah’, Lifestyle.kompas.com, 25 Januari 2018 [daring] Available at: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/25/144511220/ada-banyak-jenis-pelecehan-seksual-apa-sajakah?page=all
Halodoc. (2018), ‘4 Cara Melindungi Anak dari Pelecehan Seksual’, Halodoc.com, 02 Agustus 2018 [daring] Available at: https://www.halodoc.com/artikel/4-cara-melindungi-anak-dari-pelecehan-seksual
Adrian, K. (2021), ‘Pentingnya Pendidikan Seksual untuk Anak’, Alodokter.com, 10 Februari 2021 [daring] Available at: https://www.alodokter.com/pendidikan-seksual-untuk-anak
Febriyani, C. (2021), ‘Bunda, Yuk! Mulai Ajari Anak Pendidikan Seks Sejak Dini’, Industry.co.id, 18 Juni 2021 [daring] Available at: https://www.industry.co.id/read/87472/bunda-yuk-mulai-ajari-anak-pendidikan-seks-sejak-dini
Kemendikbud. (2023), ‘Apa itu Kekerasan Seksual’, 3 Februari 2023 [daring] Available at: https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual
Sumber Gambar:
Pelecehan Seksual pada Anak [daring]. Available at: https://www.liputan6.com/health/read/2346447/korban-kekerasan-seksual-cenderung-jadi-pelaku-berikutnya
Artikel ini terakhir diperbarui tanggal 03 Februari 2023.