Proses Terjadinya Hujan, Manfaat, dan Jenis-Jenisnya

Proses Terjadinya Hujan

Apa itu hujan dan seperti apa proses terjadinya hujan yang biasa kita lihat sehari-hari? Simak jawaban selengkapnya di artikel ini!

Tik.. Tik.. Tik.. 

Bunyi hujan di atas genting~

Airnya tidak turun tidak terkira~

Cobalah tengok, dahan dan ranting~

Pohon dan kebun basah semua~

Siapa yang tau lagu di atas? Pasti kamu tau dong ya, sama lagu ciptaan Ibu Soed yang berjudul “Tik Tik Bunyi Hujan” di atas! Tapi, kalau kamu ditanya “Jelaskan proses terjadinya hujan!”, kira-kira kamu bisa menjawab nggak, nih?

Bagaimana ya, hujan bisa turun dari langit? Emangnya di langit ada air? Nah, daripada penasaran, langsung aja yuk kita bahas tentang hujan, beserta proses terjadinya hujan!

 

Apa Itu Hujan?

Hujan adalah fenomena alam yang terjadi ketika air yang berada di atmosfer jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk tetesan air. Proses ini merupakan bagian dari siklus air, di mana air menguap dari permukaan bumi, kemudian terkondensasi di atmosfer, dan akhirnya jatuh kembali ke bumi sebagai hujan.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, hujan adalah air yang jatuh dari awan. Meskipun tampaknya sederhana, proses terjadinya hujan melibatkan serangkaian mekanisme yang cukup kompleks.

 

Proses Terjadinya Hujan

Bagaimana proses terjadinya hujan? Hujan merupakan hasil dari siklus air yang terus berulang. Kamu bisa lihat gambar proses terjadinya hujan berikut ini untuk membantu kamu memahami tahapan-tahapan dalam proses tersebut.

proses terjadinya hujan

Gambar proses terjadinya hujan (Sumber: mtsn1lebak.sch.id)

Berikut adalah tahapan proses terjadinya hujan sesuai gambar di atas:

1. Evaporasi (Penguapan)

Proses hujan dimulai dengan evaporasi, yaitu penguapan air dari permukaan bumi, seperti laut, danau, sungai, dan permukaan tanah. Sinar matahari yang menyinari permukaan air menyebabkan molekul-molekul air menguap dan naik ke atmosfer. Selain itu, transpirasi dari tanaman juga menyumbang uap air ke atmosfer.

 

2. Kondensasi

Uap air yang naik ke atmosfer mengalami pendinginan saat mencapai ketinggian tertentu. Saat uap air ini mencapai suhu titik embun, ia mulai terkondensasi menjadi partikel-partikel kecil yang disebut dengan aerosol. Partikel-partikel ini kemudian berkumpul membentuk awan. Semakin banyak uap air yang berkumpul, maka semakin tebal awan tersebut.

 

Baca juga: Bagaimana Proses Terjadinya Pelangi? Ini Dia Jawabannya!

 

3. Presipitasi

Ketika partikel air dalam awan bergabung dan ukurannya semakin besar hingga beratnya melebihi gaya tarik atmosfer, maka tetesan air ini akan jatuh ke bumi sebagai hujan. Bentuk presipitasi ini tidak selalu berupa hujan cair. Dalam kondisi tertentu, dapat berbentuk salju, hujan es, atau hujan beku, tergantung pada suhu atmosfer di lapisan atas dan bawah.

 

4. Pergerakan Air

Setelah hujan jatuh, maka air akan kembali ke bumi dan masuk ke sungai, danau, atau meresap ke dalam tanah, dan siklus air akan terulang kembali. Sebagian air juga akan diserap oleh tanaman melalui akar dan digunakan untuk fotosintesis, sebagian lagi mengalir kembali ke laut, dan proses ini akan terus berulang membentuk siklus.

 

Jenis-Jenis Hujan

Terdapat beberapa jenis hujan yang dapat terjadi tergantung pada kondisi atmosfer dan geografis suatu wilayah. Berikut adalah beberapa jenis hujan yang umum terjadi:

1. Hujan Konveksi

Hujan konveksi terjadi akibat pemanasan intensif permukaan bumi oleh sinar matahari. Pemanasan ini menyebabkan udara panas di dekat permukaan bumi naik dengan cepat. Ketika udara panas ini mencapai ketinggian tertentu, maka udara panas ini akan mendingin dan terkondensasi, membentuk awan konvektif yang sering kali menghasilkan hujan deras dalam waktu singkat dengan cakupan wilayah yang kecil. Hujan konveksi sering terjadi di wilayah tropis dan subtropis, terutama pada sore hari.

 

2. Hujan Orografis

Hujan orografis terjadi ketika massa udara lembab bergerak naik ke daerah pegunungan. Saat udara naik, udara akan mendingin dan uap air di dalamnya terkondensasi, menghasilkan hujan di sisi pegunungan yang menghadap angin. Hujan ini sering terjadi di daerah pegunungan dan biasanya menyebabkan curah hujan tinggi di sisi gunung yang menghadap angin, sementara sisi lainnya sering kali kering.

 

3. Hujan Frontal

Hujan frontal terjadi ketika dua massa udara dengan suhu berbeda bertemu. Massa udara dingin yang lebih berat akan mendesak udara hangat naik. Saat udara hangat naik, udara akan mendingin dan menyebabkan uap air terkondensasi, membentuk awan dan menghasilkan hujan. Hujan frontal sering kali terjadi di daerah beriklim sedang dan bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan hujan konveksi.

 

4. Hujan Siklonal

Hujan siklonal terjadi karena adanya pergerakan siklon atau badai. Udara yang bergerak ke dalam siklon akan naik, mendingin, dan terkondensasi, menghasilkan hujan deras. Siklon tropis, seperti topan atau badai, sering kali menyebabkan hujan siklonal. Hujan ini sering disertai angin kencang dan dapat menyebabkan banjir serta kerusakan di wilayah yang terdampak.

 

5. Hujan Muson

Hujan muson adalah jenis hujan yang terjadi sebagai akibat dari perubahan angin muson, yaitu angin yang berhembus secara periodik dan berganti arah setiap setengah tahun sekali. Hujan muson sangat dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara antara daratan dan lautan yang berubah sesuai dengan musim.

Pada musim panas, daratan akan lebih cepat memanas dibandingkan lautan, sehingga tekanan udara di daratan lebih rendah daripada di lautan. Hal ini menyebabkan angin berhembus dari lautan yang lebih dingin ke daratan yang lebih panas. Angin ini membawa banyak uap air, yang kemudian terkondensasi saat mencapai daratan dan menyebabkan hujan. Inilah yang dikenal sebagai muson barat daya di Asia Selatan, yang menghasilkan curah hujan tinggi, terutama di India dan negara-negara sekitarnya.

Sebaliknya, pada musim dingin, daratan lebih cepat mendingin daripada lautan, sehingga angin berhembus dari daratan yang lebih dingin ke lautan yang lebih hangat. Angin ini, dikenal sebagai muson timur laut, umumnya kering dan menyebabkan musim kemarau di wilayah yang terkena dampaknya.

 

6. Hujan Asam

Hujan asam adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hujan yang memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi daripada hujan biasa. Hujan asam terjadi akibat polusi udara yang mengandung zat-zat berbahaya, seperti sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NO), yang dilepaskan ke atmosfer dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil di pabrik, kendaraan bermotor, dan pembangkit listrik.

Ketika sulfur dioksida dan nitrogen oksida dilepaskan ke atmosfer, zat-zat ini bereaksi dengan uap air dan oksigen di udara untuk membentuk asam sulfat (H₂SO₄) dan asam nitrat (HNO₃). Asam-asam ini kemudian bercampur dengan tetesan air di awan dan turun ke bumi sebagai hujan asam.

Baca juga: Erosi, Pengertian, Penyebab, Jenis, Dampak dan Cara Mencegah

Hujan asam memiliki dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan. Hujan ini dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, mengasamkan tanah, danau, dan sungai, yang mengakibatkan kerusakan ekosistem. 

Selain itu, hujan asam juga dapat merusak bangunan dan infrastruktur, terutama yang terbuat dari batu kapur dan beton, karena reaksi kimia yang terjadi antara asam dan bahan bangunan tersebut. Hujan asam juga berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang yang memiliki masalah pernapasan.

 

7. Hujan Buatan

Hujan buatan adalah teknik yang digunakan untuk menstimulasi terjadinya hujan di suatu wilayah yang mengalami kekeringan atau membutuhkan curah hujan tambahan. Teknik ini dikenal sebagai teknologi modifikasi cuaca dan melibatkan penyemaian awan dengan bahan kimia tertentu, seperti perak iodida atau natrium klorida, yang bertujuan untuk meningkatkan proses kondensasi di dalam awan sehingga hujan dapat terjadi.

Hujan buatan biasanya dilakukan dengan menyemprotkan bahan kimia ke awan menggunakan pesawat terbang atau roket. Partikel kimia ini bertindak sebagai inti kondensasi, yang mempercepat proses pembentukan tetesan air di awan. Tetesan air yang lebih besar dan berat ini akhirnya akan jatuh ke bumi sebagai hujan.

Hujan buatan memiliki manfaat yang signifikan, terutama di daerah yang rentan terhadap kekeringan. Dengan meningkatkan curah hujan, teknologi ini dapat membantu mengatasi kekurangan air untuk keperluan pertanian, mengisi kembali waduk dan sumber air lainnya, serta mengurangi risiko kebakaran hutan.

Namun, hujan buatan juga menuai kontroversi, karena beberapa ahli lingkungan khawatir bahwa intervensi ini dapat menyebabkan perubahan iklim lokal dan mengganggu ekosistem. Selain itu, penggunaan bahan kimia dalam penyemaian awan juga dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan jika tidak dilakukan dengan hati-hati.

 

Manfaat Hujan bagi Kehidupan

Hujan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Beberapa manfaat hujan antara lain:

1. Sumber Daya Air

Hujan merupakan salah satu sumber utama air di bumi. Air hujan yang turun akan meresap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk air minum, irigasi, dan keperluan rumah tangga. Air hujan juga mengisi sungai, danau, dan waduk, yang menjadi sumber air bagi kehidupan.

 

2. Mendukung Pertanian

Pertanian sangat bergantung pada curah hujan untuk menyuplai air ke tanaman. Hujan yang cukup dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan membantu petani mendapatkan hasil panen yang optimal. Sistem pertanian tradisional di banyak negara sangat mengandalkan hujan sebagai sumber utama pengairan.

 

3. Menjaga Keseimbangan Ekosistem

Hujan membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan menyediakan air yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan. Tumbuhan membutuhkan air untuk fotosintesis, sedangkan hewan membutuhkan air untuk minum. Selain itu, hujan juga membantu membersihkan udara dari polusi dan debu.

 

4. Mengatur Suhu dan Iklim

Hujan berperan penting dalam mengatur suhu dan iklim di suatu wilayah. Hujan membantu mendinginkan suhu udara yang panas, terutama di daerah tropis. Selain itu, pola curah hujan yang teratur membantu menjaga keseimbangan iklim, yang penting bagi keberlanjutan kehidupan.

Baca juga: Revolusi Bumi, Pengertian, Akibat Terjadinya & Durasinya

 

5. Membersihkan dan Menyuburkan Tanah

Hujan membantu membersihkan tanah dari polutan dan zat-zat berbahaya. Air hujan yang meresap ke dalam tanah juga membawa nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Proses ini membantu menyuburkan tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

 

6. Mencegah Kekeringan

Curah hujan yang cukup dapat mencegah terjadinya kekeringan, yang dapat menyebabkan kerugian besar bagi pertanian dan kehidupan sehari-hari. Kekeringan dapat menyebabkan kelangkaan air, menurunnya produktivitas pertanian, serta masalah kesehatan bagi manusia dan hewan.

Hujan merupakan anugerah yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Proses terjadinya hujan yang melibatkan siklus air merupakan mekanisme alam yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan ketersediaan air bagi kehidupan. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga kelestarian alam dan menghargai setiap tetes hujan yang turun, karena hujan adalah sumber kehidupan yang tidak ternilai harganya.

Jika kamu suka mempelajari fenomena alam, kamu bisa bergabung bersama Alta School dan belajar tentang berbagai fenomena alam bersama guru-guru pilihan terbaik. Yuk, daftar sekarang juga!

Alta School

 

Referensi:

cnnindonesia.com/edukasi/20230522161852-569-952572/3-proses-terjadinya-hujan-evaporasi-kondensasi-presipitasi

detik.com/edu/detikpedia/d-5772798/proses-terjadinya-hujan-dan-jenis-jenisnya-seperti-apa-ya

kumparan.com/berita-terkini/proses-terjadinya-hujan-secara-singkat-dan-sederhana-222FfdP9HRU

(Diakses: 10 September 2024)

Kenya Swawikanti