9 Contoh Gaslighting Orang Tua kepada Anak & Dampaknya

Contoh Gaslighting OrangTua kepada Anak-01

Gaslighting dapat menyebabkan anak tidak percaya diri. Artikel ini berisi contoh gaslighting orang tua pada anak yang harus Anda hindari.

Pernahkah Anda mendengar kata gaslighting? Gaslighting merupakan bentuk pelecehan emosi berupa perlakuan manipulasi dalam suatu hubungan oleh seseorang untuk terlihat lebih berkuasa serta dapat mengontrol orang lain. Perlakuan ini bisa menyebabkan korban merasa ragu bahkan tidak yakin dengan penilaian ataupun dirinya sendiri.

Gaslighting sendiri dapat terjadi pada berbagai hubungan. Meskipun gaslighting dikatakan banyak terjadi antar pasangan kekasih, nyatanya hal seperti ini juga dapat terjadi pada hubungan orang tua dan anak. Nah, parahnya beberapa orang tua justru tidak sadar bahwa perilaku mereka kepada anak merupakan salah satu bentuk dari gaslighting. Agar hal tersebut dapat Anda hindari, berikut ada beberapa contoh perilaku gaslighting kepada anak beserta dampaknya yang harus Anda ketahui.

 

Contoh Gaslighting Orang Tua pada Anak

Jangan sampai dilakukan, yuk coba lihat beberapa contoh perilaku gaslighting yang mungkin dilakukan orang tua kepada anak.

1. Tidak Menepati Janji Kepada Anak dan Tidak Terima Saat Anak Protes

Jika Anda menjanjikan sesuatu kepada anak, seharusnya Anda memenuhi janji tersebut. Tidak ada alasan untuk Anda bisa mengingkari janji kepada anak. Jika Anda merasa sulit untuk menepati janji tersebut, lebih baik tidak dijanjikan dari awal. Ketika Anda ingkar janji, wajar anak kesal dan merasa kecewa.

Contoh gaslighting pada anak(Sumber: Kompasiana.com)

Nah, sebagian orang tua tidak terima anaknya protes akibat hal tersebut. Kadang orang tua berusaha membuat anaknya tidak marah dengan berkata seperti ini “Duh, Mama dan Papa sibuk, kamu harusnya ngerti dong nak”. Perlakuan Anda yang seperti itu sama saja dengan tidak mengizinkan anak untuk merasa marah. Akibatnya, anak nanti menekan perasaan marahnya. Anak bahkan bisa merasa bahwa dirinya lah yang salah, sebab Ia tidak mengerti keadaan orang tua. Padahal, bagaimanapun situasinya, yang salah adalah Anda yang tidak bisa menepati janji kepada anak.

 

2. Membanding-bandingkan Anak

Bukan hal yang aneh ketika orang tua senang melihat anak-anak yang pintar atau bisa melakukan banyak hal. Namun, bukan berarti ketika anak Anda belum bisa melakukan sesuatu seperti anak orang lain, Anda boleh membanding-bandingkannya.

Mungkin Anda bermaksud baik agar anak dapat termotivasi. Namun, sebenarnya tidak ada orang yang suka dibanding-bandingkan. Bahkan Anda sendiri juga tentu tidak menyukainya bukan? Tindakan membanding-bandingkan ini dapat berdampak buruk pada anak. Anak bisa kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak dicintai, serta bisa insecure. Hal ini, nantinya dapat terus terbawa hingga anak dewasa. Ia dapat kehilangan kepercayaan diri ketika melihat orang lain mencapai sesuatu yang belum Ia capai.

 

Baca Juga: Toxic Parenting: Ciri-Ciri, Penyebab & Cara Menghindarinya

 

3. Prinsip Orang Tua selalu Benar

Kebanyakan orang tua sering merasa bahwa mereka lebih mengetahui segalanya dan lebih bijaksana, sebab sudah lebih lama merasakan asam garam kehidupan. Orang tua yang berpikir demikian sering mengabaikan ide-ide atau pendapat dari anak. Nah, tahukah Anda, bahwa tindakan seperti ini dapat membuat anak merasa tidak diakui. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani menyampaikan pendapat, sebab pendapatnya selalu Anda salahkan dan bahkan dianggap tidak penting.

 

4. Menyalahkan Anak atas Masalah Orang Tua

Ketika sedang stres akibat banyak masalah, orang tua kadang tidak sadar mengeluarkan kata-kata seperti “Kamu bisa diam gak? Bikin Mama dan Papa makin pusing aja”. Nah, hal ini tidak boleh Anda lakukan. Sebagai orang tua, seharusnya Anda bertanggung jawab atas perasaan dan masalah Anda sendiri, bukan malah menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Anak.

Perilaku yang seperti ini dapat membuat anak merasa bersalah, merasa menjadi anak yang buruk, dan parahnya anak dapat merasa menjadi beban bagi orang tuanya sendiri. Jadi, ketika Anda sedang pusing dan banyak masalah, sebaiknya perhatikan kata-kata yang Anda sampaikan kepada anak. Apalagi, anak-anak tentu tidak tahu masalah apa yang sedang dialami oleh orang tuanya.

 

5. Mengabaikan dan Membuat Perasaan Anak Tidak Valid

Gaslighting orang tua pada anak(Sumber: Ibupedia.com)

Sikap sederhana yang mungkin banyak dilakukan orang tua dalam mengabaikan perasaan anak adalah dengan berkata “Ah tidak apa-apa” ketika anak jatuh. Ketika anak menangis dan merasa sakit saat jatuh, itu adalah hal yang wajar.

Jika Anda justru mengatakan “tidak apa-apa”, Anda malah menahan anak mengekspresikan apa yang Ia rasakan. Hal tersebut nanti dapat berpengaruh pada perkembangan mental anak. Anak dapat otomatis terbiasa menyembunyikan atau mengubur perasaannya hingga Ia dewasa sekalipun. Bahkan, tidak jarang anak-anak juga menjadi sulit mengekspresikan emosinya.

 

6. Meremehkan Perasaan Anak

Ketika orang tua meremehkan perasaan anak dengan mengatakan hal-hal seperti “Kamu terlalu sensitif” atau “Itu bukan masalah besar,” mereka sebenarnya sedang merendahkan emosi anak. Hal ini membuat anak merasa bahwa apa yang mereka rasakan tidak penting atau tidak valid. Dampaknya, anak mungkin belajar untuk menekan emosi mereka karena mereka merasa malu atau bersalah ketika merasakan hal-hal yang menurut orang tua berlebihan.

Seiring waktu, anak-anak yang sering mengalami perlakuan ini dapat tumbuh menjadi individu yang sulit mengekspresikan emosi mereka atau merasa bingung mengenai perasaan mereka sendiri. Akibatnya, mereka kehilangan kepercayaan pada insting emosional mereka.

 

7. Mengubah Fakta atau Menghindari Tanggung Jawab

Orang tua yang menghindari pertanggungjawaban seringkali memutar balik fakta atau menolak kejadian yang sebenarnya, terutama ketika berhadapan dengan kesalahan mereka sendiri. Sebagai contoh, setelah berteriak atau memperlakukan anak dengan kasar, orang tua mungkin mengatakan, “Aku tidak pernah mengatakan itu” atau “Itu semua ada di pikiranmu.”

Dengan demikian, mereka membuat anak meragukan ingatan atau persepsi mereka sendiri. Ini dapat menyebabkan kebingungan dalam pikiran anak, membuat mereka mempertanyakan realitas yang mereka alami. Dalam jangka panjang, anak bisa tumbuh dengan keraguan besar terhadap kemampuan mereka untuk memahami dunia dengan jelas, sehingga sangat bergantung pada orang lain untuk mengonfirmasi kebenaran.

 

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Anak Tantrum? Yuk Simak Tipsnya!

 

8. Menggunakan Sarkasme

Penggunaan ironi atau sarkasme yang berlebihan adalah bentuk gaslighting yang sangat halus. Contohnya, ketika anak meminta perhatian atau kasih sayang, orang tua mungkin menjawab dengan sarkasme, seperti “Oh, tentu saja, kamu selalu butuh perhatian sepanjang waktu, kan?” Ini menyampaikan pesan tersembunyi bahwa permintaan atau kebutuhan anak adalah sesuatu yang tidak sah, bahkan konyol.

Dampaknya bisa membuat anak merasa malu untuk mengungkapkan kebutuhan mereka di masa depan. Akibatnya, anak menjadi tidak nyaman dengan emosi mereka dan ragu untuk meminta dukungan, yang dapat memengaruhi hubungan interpersonal mereka di kemudian hari.

 

9. Mengisolasi Anak dari Dunia Luar

Gaslighting pada anak(Sumber: Sehatq.com)

Orang tua yang melakukan gaslighting sering berusaha menciptakan ketergantungan emosional yang ekstrim dengan mengisolasi anak dari dunia luar. Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti, “Tidak ada yang menyukaimu di luar sana, hanya aku yang peduli padamu.” Dengan cara ini, orang tua membangun narasi bahwa dunia luar adalah ancaman, dan satu-satunya orang yang dapat diandalkan adalah mereka.

Ini bisa membuat anak merasa takut untuk membentuk hubungan dengan orang lain atau mencari dukungan di luar keluarga. Akibatnya, anak mungkin tumbuh dengan rasa takut akan dunia luar dan ketergantungan yang berlebihan pada orang tua, yang menghambat kemandirian dan pertumbuhan pribadi mereka.

 

Dampak Perilaku Gaslighting Orang Tua pada Anak

Ternyata, gaslighting bisa memberikan dampak yang kurang baik. Simak beberapa di antaranya.

1. Meragukan Diri Sendiri

Anak jadi sering ragu sama diri sendiri. Mereka bingung apakah perasaan atau ingatan mereka benar karena orang tua selalu bilang sebaliknya. Akhirnya, mereka tumbuh jadi orang yang selalu butuh konfirmasi dari orang lain untuk memastikan semuanya benar.

 

2. Harga Diri Rendah

Karena perasaan dan pendapat mereka sering diremehkan, anak-anak ini tumbuh dengan perasaan nggak berharga. Mereka mungkin merasa nggak layak dicintai atau dihargai, sehingga rasa percaya diri mereka hancur.

 

3. Kesulitan Membentuk Hubungan Sehat

Karena terbiasa diragukan dan dimanipulasi, anak mungkin sulit percaya sama orang lain. Akhirnya, mereka jadi canggung dalam hubungan, baik itu dengan teman atau pasangan, dan sering takut membuka diri.

 

Baca Juga: Jenis Gangguan Kecemasan pada Anak, Orangtua Perlu Tahu!

 

4. Ketidakmampuan Mengekspresikan Perasaan

Anak-anak yang mengalami gaslighting biasanya susah mengungkapkan perasaan. Mereka takut disalahpahami atau diabaikan, jadi lebih memilih menyimpan semuanya sendiri, yang bisa bikin mereka stres dan tertekan.

 

5. Rasa Bersalah yang Berlebihan

Karena selalu disalahkan, anak tumbuh dengan rasa bersalah yang berlebihan. Mereka sering merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain dan takut bikin orang marah atau kecewa, padahal nggak selalu salah mereka.

 

6. Ketergantungan pada Orang Lain untuk Validasi

Anak jadi sangat bergantung sama orang lain untuk mendapat validasi. Mereka nggak percaya sama keputusan atau perasaan sendiri, selalu butuh orang lain untuk memastikan bahwa apa yang mereka lakukan atau rasakan benar.

Jadi, itulah contoh gaslighting yang dapat dilakukan orang tua kepada anak beserta dampaknya. Hal ini dapat terjadi bahkan tanpa disadari. Menjadi orang tua memang bukan hal yang mudah, Anda bahkan berpikir telah berusaha maksimal melakukan segala cara demi kebaikan anak. Namun, terkadang hal tersebut justru berdampak tidak baik bagi anak. Meski demikian, Anda masih bisa memperbaikinya selagi mau belajar dan mengoreksi kesalahan tersebut.

Nah, salah satu langkah menjadi orang tua yang baik, tentu dengan memberikan fasilitas belajar terbaik. Bagi Anda yang memiliki anak di tingkat PAUD hingga SD, kini Anda bisa segera mendaftarkannya di altaschool loh. 

Alta School merupakan sekolah online yang menggunakan metode belajar blended learning. Sekolah dengan konsep homeschooling ini telah menyediakan berbagai fasilitas belajar yang menarik. Diantaranya adalah Home-Based Project, Learning Kit, Pendidikan Karakter, Kelas Tambahan, dan lain sebagainya.

CTA Blog Alta School

Sumber:

Mustikasari, D. (2021), ‘7 Contoh Gaslighting pada Anak yang Orangtua Tidak Sadari’, Popmama.com, 31 Mei 2021 [daring] Available at: https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/dinda-mustikasari/contoh-gaslighting-pada-anak-yang-orangtua-tidak-sadari/7

Rach. (2021). ‘5 Bentuk Gaslighting Terhadap Anak. Orang Tua Harus Tahu!’, Idntimes.com, 25 Mei 2021 [daring] Available at: https://www.idntimes.com/life/family/rachma-fitria-2/gaslighting-terhadap-anak-c1c2/5

Wahyudi, A. (2019), ‘ 5 Ciri Orang Tua yang Lakukan Gaslighting Terhadapmu’, Kumparan.com, 12 Agustus 2019 [daring] Available at: https://kumparan.com/millennial/5-ciri-orang-tua-yang-lakukan-gaslighting-terhadapmu-1reSI3SBCnV/full

Sumber Gambar: 

Orang Tua Marah sambil Menunjuk Anak [daring] Available at: https://www.kompasiana.com/srirohmatiah/6146d0230101902a731dcd12/gaslighting-kepada-anak-berikut-contoh-dan-strategi-mencegahnya

Anak Terlihat Murung [daring]. Available at: https://www.sehatq.com/artikel/gejala-depresi-pada-anak

Orang Tua Mengobati Anak Terluka [daring]. Available at: https://www.ibupedia.com/artikel/kesehatan/menyembuhkan-luka-anak-pakai-obat-apa

Nurul Habibah